MAKALAH KONSTRUKSI CONTAINER
KONSTRUKSI CONTAINER
1.1. Sistem Penutupan Palkah pada Kapal Container
Ada
beberapa macam sistem penutupan palkah yang biasa digunakan pada kapal kontainer, diantaranya :
1.
Open Cargo Holds (No Hatch-covers)
Sama
seperti kapal pada
umumnya, beberapa kapal
kontainer memilikipalkah
namun tidak memiliki
penutup palkah (hatch-covers). Kapal
ini sering disebut open-hatch-ships. Pada umumnya, palkah dilengkapi dengan pompa pada lambung kapal untuk menanggulangi
air yang masuk ke dalam palkah, misalnya
akibat
hujan
2.
Piggy Back Hatch Covers
Cara lain dalam membuka dan menutup
lubang palkah adalah dengan menggeser
penutup
palkah ke haluan dan
ke buritan (fore-and-aft rolling pontoon system)
yang disebut dengan Piggy Back. Sistem kerjanya
adalah dengan mengangkat salah
satu penutup palkah
dengan pompa hidraulik hingga
posisi ketinggian tertentu.
Kemudian digeser ke
penutup palkah yang lain
sehingga penutup
palkah yang berada di bawah (lower cover)
tertutupi oleh penutup palkah
yang diangkat (upper
cover). Kemudian kedua
penutup
palkah itu ditumpuk dan digeser dengan penggerak elektrik yang beradadi bawah pontoon.
3.
Lift-On Lift-Off Hatch Covers
Sistem ini sangat baik untuk
mengakomodasi muatan kontainer yang lebih besar. Cara kerjanya
adalah penutup palkah
dibuka dengan menggunakan
crane, kemudian penutup palkah yang telah
diangkat, ditumpuk di atas penutup palkah
lainnya.
Keuntungan dari sistem ini adalah penutup palkah dapat dibuka sesuai dengan keperluan.
4.
Hidraulic Folding Hatch Covers
Sistem
penutupan ini merupakan solusi
ideal untuk kapal yang memiliki
lubang palkah
panjang, ruangan penyimpanan yang pendek untuk papan penutup palkah, dan
sistem pengoperasian eksternal.
Sistem ini dioperasikan dengan
silinder hidrolik
dan crocodile arm.
1.2. Sistem
dan Alat Pengangkatan Container
Untuk mendapatkan
keuntungan penuh dari pengoprasian kapal kontainer, kontainer harus dipindahkan
secara efisien, cepat, dan aman melalui pelabuhan. Hal ini dicapai dengan
menggunakan peralatan penanganan yang khusus dan label yang tepat. Jenis
penanganan dan pengangkatan kontainer bervariasi dari pelabuhan ke kapal atau
sebaliknya. Metode penyimpanan kontainer yang digunakan, mode pelayanan
pelabuhan, dan tata letak keseluruhan area penyimpanan kontainer semua sangat
menentukan jenis peralatan yang akan digunakan. Desain pelabuhan baru sering
ditentukan oleh jenis peralatan penanganan yang akan digunakan juga.
Ø Straddle crane
Gambar 1.1 Straddle crane
Straddle
crane adalah crane yang
mampu bergerak sendiri yang menggunakan crane
gantry yang bergerak pada ban karet atau rel. Baik ban dan jenis rel yang
digunakan sangat serbaguna. Mereka mampu mengangkat sampai dengan 50 ton,
bergerak melalui jalan yang sempit, dan mengangkat kontainer di lokasi-lokasi
tertentu di seluruh tempat penyimpanan kontainer. Banyak kapasitas yang mampu
melakukan penumpukan kontainer dua sampai tiga tingkat kontainer. Perangkat
yang digunakan pada straddle crane
biasanya perangkat yang umum digunakan dan sangat cocok untuk mengangkat
kontainer yang terdapat di bagian main deck. Contoh straddle crane dapat dilihat pada gambar 13-1 yang dipasang pada
ban karet, meskipun beberapa straddle
crane ada yang langsung terpasang pada rel. Masing-masing tipe memiliki
troli skewing yang memungkinkan
mereka untuk bergerak dalam garis lurus ataupun miring.
Ø Straddle truck
Gambar 1.2. Straddle
truck
Straddle
truck hampir mirip dengan straddle crane, namun memiliki ukuran yang lebih kecil dari pada straddle crane dan sangat terbatas dalam
pengangkatan kontainer. Truk ini dapat mengambil salah satu kontainer dari
tumpukannya yang terdapat di area penyimpanan dan memindahkannya dari kapal.
Truk ini memiliki kecepatan dan manuver yang lebih baik dibandingkan straddle crane. Mungkin sangat baik
untuk mengangkat kontainer dari atas dengan perlakuan yang umum atau bisa juga
menggunakan kedua lengan yang dapat dinaik turunkan yang terdapat pada truk
ini.
Dockside
container crane adalah alat untuk penanganan bongkar
muat kontainer yang dirancang untuk sistem bongkar muat yang lebih cepat dan
efisien. Hal ini tentu sangat mempercepat waktu pada saat kapal berada di
pelabuhan. Dengan menggunakan crane ini, sistem bongkat muat telah dikurangi
110-140 jam dalam berbagai kasus yang ada karena keterbatasan dalam
penggunaannya di masing-masing pelabuhan. Oleh karena itu, desain sebuah
pelabuhan sangat berpengaruh pada penyediaannya di setiap pelabuhan dan
tergantung pula pada persyaratan dari pelabuhan tersebut. Gambar disamping
merupakan contoh pelabuhan yang memiliki kapasitas 40-ton kontainer crane yang mampu melakukan penanganan
pada kontainer satu tingkat dalam 1 menit.
Ø Shipboard container crane
Gambar 1.3. Shipboard
container crane
Kekuatan
penahanan beban diri sendiri pada kapal kontainer (discharge non self sustaining containerships) adalah sistem kapal
yang harus digunakan jika menggunakan shipboard
container crane. Sistem ini kebanyakan digunakan digunakan oleh kontraktor komersial
pada kapal antar jemput untuk sistem bongkar muat di pelabuhan yang tidak
dilengkapi dengan container crane.
Salah satu kelemahan dalam menggunakan sistem derek kapal ini adalah ukuran
pembatasan beban dek kapal yang dapat dapat membawa kontainer. Selain itu, derek juga harus mampu melakukan perjalanan
panjang dengan beban yang tidak mempengaruhi kestabilan pada kapal.
A.
Gambar 1.3.A menunjukkan crane berengsel yang memiliki kapasitas LTON 17 dengan penjangkauan
beban 10 kaki. Pada saat dilepas pantai dapat diangkat untuk membantu
pungurangan daftar kapal yang terdapat di pelabuhan. Crane ini dapat lipat ke bawah untuk penyimpanan bila sedang tidak
digunakan. Crane jenis ini digunakan
dalam sistem LASH.
B. Tipe
lain dari derek fitur wheelbase yang
pendek, cara kerjanya dengan melipat kembali balok dan troli yang dapat diputar
(Gambar 1.3.B). Tidak seperti crane yang ditunjukkan pada Gambar 1.3.A, crane ini dapat membongkar
muatan dari buritan kapal. Crane ini
dapat menangani bongkar muat sepenuhnya dalam waktu 15 menit. Derek ini
berbobot 475 ton dan dioperasikan oleh satu orang. Crane ini dapat melakukan pengoprasian dilaut setinggi 8 m.
Ø Lifting of container
Cara pengangkatan kontainer
memiliki beberapa cara, yaitu:
A. Top lifting
Mengankat kontainer pada bagian
atas dan sangat direkomendasikan untuk semua jenis kontainer.
Gambar 1.4. Top lifting
B. Bottom lifting
Mengankat kontainer pada bagian
bawah kontainer dengan menggunakan kait yang di pasang disetiap sisi-sisinya.
Gambar 1.5. Bottom
lifting
C. Other methods
Kontainer ditangani dengan metode
apapun selain memasang kait pada setiap sisi kontainer dan harus memiliki
metode-metode khusus. Kebanyak menggunakan bantuan forklift atau straddle crane.
Gambar 1.5. Straddle crane
Ø Secuiring of container
Setelah semua
kontainer diisi maka petugas harus memastikan agar kontainer tersebut tetap
aman sampai tujuan, hal yang harus dilakukan antara lain:
A. Pengecekan
pintu kontainer dan lubang palka yang telah tertutup dengan rapat.
B. Semua
segel sudah di tempatkan pada masing-masing palka.
C. Jumlah
segel telah dikirim dan dokumen pengiriman telah diletakkan pada bagian palka
sesuai dengan MILSTAMP.
D. Pengecekan
pemasangan lashing pada kapal yang memiliki banyak tingkat kontainer agar
kontainer tersebut tidak terjatuh pada saat kapal mengalami kemiringan.
1.3. Sistem Tutup Palka
Perlengkapan
tutup palka merupakan perlengkapan kapal yang sangat penting yang dalam
konstruksi dan mekanismenya harus mengikuti dan diatur oleh peraturan
Klasifikasi dan International Load Line Convention 1966 Perlengkapan ini
berfungsi untuk penutup lubang palka dikapal, dan untuk melindungi muatan
didalamnya dari air laut yang dapat masuk kedalam palkah.
Tutup
palkah secara konstruksi dipasang diatas ambang palkah yang memiliki ketinggian
minimum 600 mm (sesuai peraturan International Load Line) Secara konstruksi
tutup palkah jenis tertentu memiliki desain yang dapat menerima beban muatan
Kontainer diatasnya. Tutup palkah terdapat pada kapal barang, kapal muatan
curah atau jenis kapal lain yang memiliki ruang muatan.
Tutup ambang palka
harus direncanakan dengan konstruksi yang kuat, kedap air dan melindungi bagian
kapal dari hempasan air. Disamping itu system pembukaan dan penutupan palka
harus dibuat sedemikian rupa hingga mempunyai kecepatan pembukaan dan penutupan
yang tepat karena akan memperpendek waktu tambat kapal di pelabuhan sehingga
akan mengurangi biaya pengangkutan barang. Tutup palka harus direncanakan
dengan tidak membebani geladak dan tidak mengganggu operasi bongkar muat
barang.
Pada garis besamya
sistem pembukaan/penutupan palka ditinjau dari cara kerjanya sistem terbagi
menjadi 4 sistem, yaitu:
Ø Sistem pembukaan dan penutupan palka yang diangkat.
Ø Sistem
pembukaan dan penutupan palka yang didorong dan diatur.
Ø Sistem
pembukaan dan penutupan palka yang dilipat dan sandarkan.
Ø Sistem pembukaan dan penutupan palka yang digulung.
Faktor
lain yang mempengaruhi penentuan jenis tutup palka adalah:
Ø Cara membukanya yang dibedakan dengan membuka secara menyeluruh atau satu persatu dari bagian
ambang palka.
Ø Material
dari ambang palka.
Ø Tingkat mekanisme pelaksanaan operasi tutup palka dengan
manual atau mekanis.
Untuk sistem penutup palka pada kapal
kontainer lebih baik menggunakan sistem lift
on/lift off hatch cover. Sistem ini baik untuk mengakomodasi muatan kontainer yang lebih besar. Cara kerjanya adalah penutup palka dibuka
dengan menggunakan crane kemudian
penutup palka yang telah diangkat
tadi ditumpuk di atas penutup palka lainnya.keuntungan dari sistem ini adalah
penutup palka dapat dibuka sesuai dengan keperluan dan kontainer yang dibawa
dapat lebih banyak sehingga lebih menguntungkan dari pada sistem penutup palka
yang lainnya.
Gambar 1.6.
Tutup palkah container
1.4. Lashing peti kemas
Untuk
menghindari muatan yang berada di atas palka bergerak ataupun jatuh kelaut pada
saat pelayaran, maka muatan yang berada di atas palka diikat ke kapal sehingga
walaupun kapal melalui badai dengan gelombang yang tinggi selama pelayaran
muatan tetap pada tempatnya dan tidak terjatuh ke laut.
Ada tiga cara yang
biasa digunakan untuk mengikat petikemas yaitu
:
·
Sistem lashing kebadan kapal dengan menggunakan
kabel baja, batang pengikat atau rantai yang dapat kekencangkan.
·
Sistem kunci yang biasa disebut twist lock yang
mengunci dua peti kemas yang berdampingan atau yang berada di atasnya.
·
Sistem butress, biasanya digunakan dikapal peti
kemas yang besar, yang merupakan perangkat penyangga yang menghalangi petikemas
bergeser pada saat berlayar, penyangga dipasang sebelum berlayar, setelah semua
peti kemas telah selesai dimuat.
SISTEM ANGKUTAN PETI KEMAS
Penggunaan
peti kemas untuk angkutan barang telah berkembang pesat sejak dasawarsa
tujuhpuluhan. Indonesia sudah ikut melibatkan diri dalam sistem angkutan peti
kemas yang sudah berkembang luas dalam pola angkutan di dunia sebagai bagian
dari perkembangan teknologi maju yang mencari upaya untuk mendapatkan efesiensi
optimal. Peti kemas secara umum dapat digambarkan sebagai gudang yang dapat
dipindahkan, yang digunakan untuk mengangkut barang, merupakan perangkat
perdagangan dan sekaligus juga merupakan komponen dari sistem pengangkutan.
Oleh karena komoditi yang diperdagangkan dalam perdagangan dunia jenisnya
beraneka ragam, demikian juga arah pengangkutan dan sarana penunjangnya
berbeda-beda, maka jenis peti kemas yang diperlukan bagi pengangkutan barang
antar negarapun berbeda-beda pula. Jenis peti kemas yang banyak digunakan dalam
perdagangan impor-ekspor adalah sebagai berikut :
a.
Dry Cargo Container
Jenis peti kemas ini digunakan untuk
mengangkut general cargo yang terdiri dari berbagai jenis barang dagangan yang
kering yang sudah dikemas dan tidak
memerlukan perlakuan atau penanganan khusus.
b.
Reefer Container.
Jenis peti kemas ini digunakan untuk
mengangkut barang yang harus dikapalkan dalam keadaan beku seperti ikan segar,
daging hewan dll.
c.
Bulk Container
Peti kemas ini digunakan untuk
mengangkut muatan curah seperti beras, gandum yang tidak dikemas. Konstruksinya
tidak menggunakan pintu seperti lazimnya, melainkan hanya bukaan kecil dibagian
bawah belakang. Untuk membongkar muatan curah, bagian depan peti kemas
didongkrak dan pintu/bukaan kecil dibuka supaya muatan meluncur keluar. Pada
pemuatanya, barang dicurahkan melalui bukaan yang berada pada atap peti kemas.
d.
Open-side Container.
Peti kemas ini pintunya disamping,
memanjang sepanjang peti kemas, tidak diberi pintu melainkan hanya terpal saja
guna melindungi muatan dari pengaruh cuaca. Penggunaanya untuk pengapalan
muatan tertentu yang tidak dapat atau sulit dimasukkan dari pintu yang biasa.
e.
Soft Top Container.
Jenis peti kemas ini terbuka pada bagian
atasnya, dari mana muatan diletakkan ke dalam peti kemas dan diambil dari sana
pada pembongkaranya. Bagian atas tersebut
biasanya ditutup dengan terpal, untuk melindungi muatan terhadap pengaruh
cuaca.
f.
Open Top, Open Side Container.
Peti kemas ini bagian atas dan
sisi-sisinya terbuka, jadi hanya berupa geladak dengan empat tiang sudut dan
empat set lubang untuk memasukkan locking pin. Penggunaanya untuk pengapalan
barang berat yang tidak perlu mendapat perlindungan terhadap pengaruh cuaca.
g.
Flat Rack Container
Peti kemas ini hanya terdiri dari
landasan (plat form) saja, dan penggunaanya untuk pengapalan barang berat yang
ukuranya sedikit melebihi luas peti kemas. Di kapal kontainer ini dikapal
pemuatanya diletakkan diatas geladak.
h.
Tank Container
Jenis peti kemas ini berupa tanki baja
berkapasitas 4.000 galon ( 15.140 liter) yang dibangun di dalam kerangka peti
kemas, mirip seperti tanki yang dimasukkan kedalam peti kemas jenis open
top-open side. Tank Container digunakan untuk mengapalkan bahan kimia atau
bahan cair lainya.
ALAT KESELAMATAN
3.1. Pendahuluan
Perlengkapan
keselamatan pelayaran harus tersedia pada semua tipe kapal dan harus sesuai
dengan peraturan SOLAS (Safety Of Life At Sea). Ada dua kelompok yang termasuk
dalam sistem perlengkapan keselamatan yaitu : Sistem Keselamatan Jiwa dan
Sistem Pemadam Kebakaran.
Sistem
keselamatan jiwa bertujuan untuk perlindungan dan pertolongan jiwa sedangkan
sistem pemadam kebakaran bertujuan untuk perlindungan dan pertolongan atas
bahaya kebakaran dikapal.
Jumlah
peralatan keselamatan jiwa di kapal harus memenuhi dari jumlah awak yang ada di
kapal tersebut. Terdapat beberapa perlengkapan keselamatan jiwa yang harus
dimiliki oleh kapal yang akan dibahas pada bab ini.
Untuk
perlindungan terhadap bahaya kebakaran maka dikapal wajib dilengkapi dengan
peralatan pemadaman kebakaran terutama pada ruang yang dihuni oleh awak, ruang
muat dan kamar mesin.
3.2.
Sistem Keselamatan Jiwa
Tujuan
sistem keselamatan jiwa adalah untuk perlindungan atau pertolongan terhadap
jiwa pada keadaan darurat. Sistem keselamatan jiwa perlu memperhatikan lima
phase untuk masalah keselamatan ini yaitu :
a. Pre
abandonment merupakan tahap kebutuhan yang meliputi training, pemeliharaan,
penyimpanan, pengaturan pada kapal, perlindungan dan perbekalan yang efektif
dalam penggunaan komponen sistem keselamatan jiwa.
b. Abandonment
adalah tahap untuk membuka atau melepas tempat penyimpanan dan melepas alat
keselamatan, membuka perlengkapan jiwa secara sempurna saat kecelakaan.
c. Survival
adalah tahap untuk penyelamatan sampai merawat orang atau grup orang dilaut.
d. Detection
adalah tahap untuk penentuan lokasi yang tepat untuk orang yang akan ditolong.
e. Retrieval
adalah tahap penyelamatan dan pemindahan orang-orang yang ditolong dengan tepat
pada posisi yang aman.
Kombinasi
dari perlengkapan keselamatan jiwa yang dirancang pada kapal merupakan kumpulan
dari kebutuhan lima phase diatas.
3.2.1. Macam-macam
perlengkapan keselamatan jiwa
Perlengkapan
keselamatan jiwa dapat dikelompokkan dalam tiga macam yaitu :
a. Life boat atau life craft atau life float
atau sekoci penolong
b. Buoyant apparatus
c.
Boat handling gear
d. Signalling apparatus
Secara umum, jumlah sekoci penolong atau
life boat harus mempertimbangkan kondisi kapal trim, sehingga sekoci sulit
meluncur turun pada sisi yang tinggi sehingga untuk kondisi demikian maka
sekoci harus dipasang pada kedua sisi kapal dan masing-masing sekoci dapat
menampung semua orang dikapal. Tipe kapal juga menjadi pertimbangan dalam
jumlah sekoci. Jumlah sekoci di kapal penumpang harus lebih banyak dibandingkan
dengan kapal barang.
Lokasi sekoci penolong harus
dipertimbangkan secara baik. Pertimbangan lokasi secara membujur dari sekoci harus tidak tersembunyi dari haluan
kapal dan tidak jauh ke belakang sehingga mendekati daerah kerja propeller saat
diturunkan dari kapal. Letak ujung akhir sekoci minimal 1 sampai 1,5 kali dari
panjang depan propeller. Secara vertikal harus dipilih lokasi dengan hati-hati
agar saat sekoci diturunkan ke laut tidak terganggu dan merusak sekoci.
3.2.2. Klasifikasi
perlengkapan keselamatan jiwa :
a. Life boat
terdiri dari : Oared life boat, Motor life boat dan Life boat dengan
propulsi manual atau penggerak mekanis.
Kapasitas
life boat : Panjang 12 feet untuk 6
orang ; Panjang 37 feet untuk 150 orang.
Terbuat dari konstruksi kayu, baja yang digalvanis dan fiber glass reinforced
plastic (FRP).
b. Life craft
terdiri dari : Inflatable life craft dan Solid life craft.
Inflatable
life craft dijatuhkan dari atas kapal dalam container dan dikembangkan dengan
karbon dioksida dalam tabung dan dikemas dalam fiber glass reinforced plastic.
Kapasitasnya : 4, 6, 8, 10, 12, 15, 20 dan 25 orang.
c. Life float terdiri dari : life buoy, Life
jacket dan Life rocket. Beratnya maksimal 400 lb. Terbuat dari bahan balsa wood
yang ditutup canvas atau alluminium atau fiber glass reinforced plastic yang
diisi dengan unicellular plastic foam.
d. Boat apparatus yaitu peralatan yang dapat
mengapung yang berbentuk box float berbentuk elliptical dan rectangular shape.
Kapasitas untuk 6 sampai 30 orang dan beratnya maksimal 400 lb.
e. Boat handling gear atau launching gear
terdiri dari Life boat launching and lifting gear, Life craft launching gear,
Buoyant apparatus launching gear dan Embarcation equipment.
f. Signalling apparatus terdiri dari Signal
dan Radio. Tipe signal meliputi Life buoy
light, Life buoy smoke signal, Parachute signal, Signal rocket, Red flare,
Floatable smoke signal, Water electric torch, Signalling mirror dan Search
light. Sedangkan tipe Radio yaitu Motor boat radio, Portable radio dan
Automatic rescue signal transmitter.
3.2.3. Launching Gear
Launching gear berfungsi untuk
meluncurkan life boat atau sekoci penolong maka diperlukan peralatan davit.
Perlu untuk mempertimbangkan kekuatan dari davit, sistem penuangan dan
perlengkapan embarkasinya karena sekoci penolong diluncurkan oleh davit di air
tidak tenang.
Launching
gear harus mampu meluncurkan sekoci pada kondisi kapal list 150 pada kedua sisi
dan kondisi trim 100.
Berdasarkan
sistem penurunan sekoci maka ada tiga tope davit yaitu :
a. Radial atau turning type : dimana tipe ini
lebih tradisional dan sekoci menggantung pada dua buah davit. Untuk
penuangannya perlu memutar davit searah jarum jam dan kemudian pada posisi
tertentu kedua davit berputar berlawanan arah. Artinya davit yang satu
melanjutkan perputarannya dan davit yang lain
berputar berlawanan dari arah semula. Sistem operasi ini agak sulit bila
kondisi kapal list sehingga tipe ini hanya sesuai untuk peluncuran sekoci kerja
dan waktu pengoperasian cukup lama atau sesuai untuk kapal-kapal yang berlayar
di air tenang.
b. Luffing atau Swing out type atau Mechanical
Davit : terdiri dari dua macam yaitu Crescent and Pivot type dan Straight Boom
type davit. Davit mampu meluncurkan sekoci dalam waktu 4 menit pada kondisi
kapal list 150 baik starboard atau port side. Mechanical davit menurunkan life
boat secara manual dengan cranks, kerja ulir, gears atau peralatan mekanik
lain.
c. Gravity type : tipe ini banyak digunakan
pada kapal besar karena mudah beroperasi dan mampu bekerja pada kondisi kapal list
200 pada sisi starboard atau port side. Penempatannya tidak perlu dekat dengan
tepi geladak utama sehingga lebih hemat dalam penggunaan space. Davit umumnya
terdiri dari arm rolling pada trackways atau arms dengan satu atau lebih
pivoting links dan dapat dipakai meskipun berat sekoci dan perlengkapannya
melebihi 5000 lb. Davit dipasang sekitar panjang sekoci dan winch dihubungkan
dengan davit memakai tali baja. Juga dilengkapi dengan tangga naik-turun
(embarkation–debarkation) yang diletakkan tepat depan sesudah davit.
3.2.4. Peralatan keselamatan
jiwa lainnya adalah
o
ü
Line throwing appliances dimana harus mampu melempar tali dengan akurasi
yang dapat diterima meliputi tidak kurang empat alat pelempar yang
masing-masing mampu melempar tali minimal 230 meter pada cuaca tenang. Tali
memiliki kekuatan putus tidak kurang dari 2 kN dan dilengkapi dengan manual
instruksi atau diagram ilustrasi penggunaaan line throwing appliances.
o
ü
Pistol-fired rocket adalah suatu integral rocket dengan tali yang di
kemas dlam tempat yang tahan air.
o
ü
General emergency alarm system dimana harus mampu menduga atau sounding
isyarat alarm darurat umum yang terdiri dari tujuh atau lebih short blast yang
dilanjutkan dengan satu long blast dari sisrine atau peluit, dan penambahan
bell yang bekerja dengan listyrik atau sistem peringatan lainnya.
3.3.
Sistem Pemadam Kebakaran
Tujuan
dari sistem pemadam kebakaran adalah untuk perlindungan atau pertolongan
terhadap kebakaran yang terjadi di kapal.
Perlengkapan
pemadam kebakaran merupakan persyaratan yang harus terpasang dikapal agar
keamanan penumpang, ABK, muatan dan kapalnya sendiri dapat terjamin.
Klasifikasi
sistem pemadam kebakaran yaitu :
a. Sistem pemadam kebakaran dengan water jet
yang terdiri dari pompa-pompa pemadam, pipa kebakaran, hydran, pipa selang,
nozzle dan coupling.
b. Sistem pemadam kebakaran dengan smothering
gazes yang terdiri dari gas karbon dioksida dan gas inert.
c. Sistem pemadam kebakaran dengan uap.
d. Sistem pemadam kebakaran dengan foam.
e. Sistem pemadam kebakaran dengan air
bertekanan
f. Sistem pemadam kebakaran yang portable
berupa liquid, foam, karbon dioksida dan powder yang dikemas dalam tabung. Tipe
pemadam ini dipilih berdasarkan divisi kebakaran biasa, minyak atau listrik.
g. Peralatan pemadam kebakaran lainnya terdiri
dari alat pernafasan, lampu pengaman, helmet, tali, tangga, ember, pasir dan
kapak.
h. Sistem deteksi kebakaran berupa electrical
thermostat system, aip pipe system, snoke pipe system dan manual operation fire
alaram system.
i. Inflammable gas detector.
Alat-alat
pemadam kebakaran yang berukuran kecil jenis “portable extinguishers” memiliki
syarat syarat sebagai berikut :
1. Isi tabung antara 9 sampai 13,5 liter
dengan warna tabung harus merah.
2. Dicoba dan diperiksa secara berkala
3. Ditempatkan pada lokasi yang mudah
dijangkau.
Beberapa
ketentuan sebuah portable extinguisher antara lain :
1. Larutannya tidak boleh mengendap atau
menjadi kristal atau tidak boleh membeku.
2. Tidak boleh merusak tabung dan alat-alat
lain
3. Harus diserta petunjuk cara pemakaian
4. Isinya harus mudah diperoleh dengan harga
murah
5. Botol harus tahan tekanan minmal 20 kg/m2
3.3.1. Pemadam Kebakaran
dengan Air
Alat pemadam yang sering tersedia dengan
mudah dikapal adalah air karena mudah diperoleh dalam jumlah yang tak terbatas.
Air adalah alat pemadam yang baik karena akan mendinginkan barang-barang
dibawah suhu panas sehingga akan melindungi barang lain yang belum terbakar.
Dalam beberapa hal, penggunaan air untuk
pemadam kebakaran tidak diperkenankan yaitu :
1. Apabila dengan adanya air dapat menyebabkan
suhu yang sangat tinggi atau menimbulkan gas-gas yang ledak misalnya acetelin,
Na, Ca, K dan kebakaran batu bara.
2. Apabila adanya air menyebabkan menjalarnya
kebakaran pada benda itu misalnya kebakaran minyak.
3. Apabila persenyawaan yang akan menimbulkan
ledakan
4. Apabila massa air akan membahayakan
stabilitas kapal.
Alat
pemadam kebakaran lainnya adalah menggunakan Busa, dimana busa akan menutupi
barang yang terbakar sehingga aliran udara terputus. Diperlukan busa yang cukup
tebal dan kenyal agar dapat menahan gas-gas yang timbul karena pemanasan.
Sedangkan
bubuk sebagai alat pemadam kebakaran tidak hanya digunakan untuk kebakaran
kecil tetapi juga untuk kebakaran yang besar. Asam arang digunakan untuk
penekan pada extinguishernya untuk mengeluarkan bubuk.
Keuntungan
dari pemadam bubuk adalah :
1. Dapat digunakan untuk kebakaran cairan atau
gas
2. Tidak berbahaya bagi kebakaran listrik dan
membahayakan si pemakai
3. Tidak menimbulkan kerusakan pada barang
sekitarnya
4. Kapasitas pemadamnya 3 - 4 kali lebih besar
dari busa.
Pemadaman
kebakaran dengan menutup aliran udara dilakukan dengan menghilangkan zat asam
yang menyebabkan kebakaran. Udara yang bersih mengandung 21% zat asam dan 79%
zat lemas. Apabila terjadi kebakaran disuatu ruangan sedemikian hingga zat asam
tadi habis terpakai untuk pembakaran, maka akhirnya api akan padam dengan
sendirinya.
3.3.2. Syarat-syarat untuk
pompa dan pipa kebakaran :
1. Setiap pompa harus dapat memancarkan air
yang kuat dengan jarak jangkau minimal 12 meter.
2. Keran-keran (hydrant) harus ditempatkan
dengan jarak masing-masing maksimal 3.
Keran-keran, alat penutup, kotak-kotak, selang air dan lainnya harus
berwarna merah.
4. Diameter bagian dalam selang kebakaran
(fire hoses) sebesar 12 inch dengan panjang 60 feet. Selang kebakaran ini harus
dilengkapi corong pemancar (hose nozzle) yang dapat mengatur kecepatan air
dengan diameter ½ inch; 5/8 inch; ¾ inch.
5. Setiap fire hoses harus dapat dipasang
sewaktu pompa-pompa kebakaran sedang bekerja.
3.3.3. Fire Hoses (selang
kebakaran)
Selang kebakaran dikapal terbuat dari
terpal yang dianyam sacara tanpa sambungan dan ada yang terbuat karet.
Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu :
Keuntungan
selang dari terpal adalah :
1. Sedikit kemungkinan untuk ikut terbakar
karena selang dapat tembus air
2. Tidak banyak membutuhkan tempat penyimpanan
3. Ringan dan mudah pemakaiannya.
Kerugian
selang dari terpal adalah :
1. Tidak kuat bila dibandingkan selang karet
2. Setelah dipakai harus dikeringkan terlebih
dahulu sebelum disimpan
3. Perlu dijemur secara periodic karena dapat
rusak oleh udara lembab
Sedangkan
keuntungan dari selang karet adalah :
1. Lebih kuat
2. Tidak terpengaruh udara basah sehingga
tidak perlu dikeringkan sebelum disimpan sesudah dipakai
Kerugian
dari selang karet adalah :
1. Makan banyak tempat
2. Lebih berat.
3.3.4. Hose Nozzles
Hose nozzle dapat diatur sebagai
pancaran atau pancaran siram. Dengan memutar kepala dari corong ini maka
pancaran air akan meluas sebagai pancaran siram seperti payung air. Dengan
memutar terus maka paying air itu akan lebih halus dan bila diputar terus
akhirnya akan tertutup.
Keuntungan dari paying air adalah dapat
menghilangkan asap sehingga si pemadam dapat lebih dekat dengan sumber api dan
merupakan pelindung yang baik dari panasnya air.
3.3.5. Sistem Sprinkle
Alat ini termasuk pemadam kebakaran
dengan air
pada kapal penumpang yang dipasang pada kamar-kamar tidur, ruang makan dan
tempat-tempat dimana kebakaran dapat menjalar seperti gang-gang, ruangan lift,
dapur dan tempat yang mudah terbakar.
Prinsip kerjanya adalah sprinkler head
atau lubang penyemprot dari sprinkle ditutup
oleh sebuah cincin Teflon yang didalamnya terdapat sebuah bola dari kwarsa yang
berisi cairan yang cepat memuai. Bola kwarsa ini akan meletus kerana pemuaian
dari cairan didalamnya pada suhu 700 C. Cincin packing yang oleh bola ditahan
oleh lubang pipa, akan terlepas sehingga air akan menyemprot karena adanya
tekanan. Sprinkle dipasang pada jarak
yang sedemikian rupa sehingga apabila terjadi kebakaran seluruh ruangan akan
tersiram air.
Gambar 3.2 Sistem Sprinkle
Keuntungan
sistem sprinkle adalah :
1. Kebakaran setempat dapat dipadamkan secara
otomatis sebelum api menjalar
2. Air yang dibutuhkan untuk pemadaman lebih
sedikit
3. Kerusakan yang ditimbulkan oleh air kecil.
4. Dilengkapi dengan tanda bahaya kebakaran (alarm signal) dengan nyala lampu yang
menunjukan lokasi kebakaran secara otomatis.
KONSTRUKSI CONTAINER SESUAI ABS
American Bureau of Shipping
atau ABS merupakan salah satu klas kapal yang digunakan pada beberapa kapal
pelayaran wilayah Indonesia dan Asia. Dalam peraturannya, ABS juga mengatur
tentang macam konstruksi pada kapal termasuk jenis container.
Untuk
penerimaan kelas ABS, pemilik kapal yang dikelompokkan oleh masyarakat IACS lainnya akan diminta untuk
menyerahkannya. Berikut
lambung dan mesin rencana:
Rencana utama :
1.
Rencana Umum
2.
Rencana kapasitas
3.
Lengan hidrostatik
4.
Loading manual (jika ada)
5.
Dokumen stabilitas
Rencana
Struktur Lambung :
1.
Bagian tengah
2.
Rencana scantling
3.
Dek
4.
Bukaan
kulit
5.
Sekat
melintang
6.
Rudder stock dan rudder
7.
Penutup palkah
Rencana
Mesin
1.
Pengaturan mesin
2.
Intermediate, dorong dan poros
3.
Baling-baling (Propeller)
4.
Diagram pengkabelan
5.
Bilge dan ballast piping diagram
6.
Mesin utama, propulsi roda gigi dan
sistem kopling
7.
Sistem kemudi, perpipaan dan pengaturan
8.
Boiler utama, superheater dan economizers
(untuk kapal turbin uap)
Selama
tahap perancangan di mana diperlukan, memverifikasi bahwa desain sesuai dengan
persyaratan undang-undang (Misalnya stabilitas, subdivisi kedap air, konstruksi dan
peralatan keselamatan, fire fighting) dari administrasi terpilih sebagaimana
tercantum dalam berbagai kode
dan konvensi maritim termasuk:
1.
Load
Line
2.
Marine Pollution Prevention (MARPOL)
3.
Safety of Life at Sea (SOLAS)
4.
Tonnage
5.
Anti-Fouling
System (AFS)
6.
International Safety
Management (ISM)
7.
International Ship and
Port Facility Security
(ISPS)
Desain & Konstruksi
o AT - Komponen struktural spesifik AT
memasukkan ketebalan pelat tambahan dari yang dipersyaratkan scantlings. Ini juga akan mencakup
sebutan dan nomor untuk menunjukkan lokasi dan besarnya. Ketebalan tambahan mis. AT (DK +
0,5)
o Kapal
CCO telah dirancang, dibangun dan disurvei sesuai dengan persyaratan yang
ditentukan di ABS Guide for Vessels
Operating in Low Temperature Environment. Notasi tergantung
pada desain dan suhu minimum yang diantisipasi
serta daerah operasional yang diharapkan
o FL
(tahun) - kapal telah dirancang untuk umur kelelahan lebih dari 20 tahun,
sesuai dengan Aturan ABS, Bagian
5C, Lampiran I. Masa pakai layanan sebenarnya akan dilambangkan dengan tanda
kurung (yaitu FL (30)), ditentukan
Sesuai
dengan prosedur operasional kapal dan pemeliharaannya.
o Ice Class memenuhi persyaratan
dalam Aturan ABS, Bagian 6, Bab 1 yang ada. Berlaku untuk kelas es yang
ditunjuk.
o Kapal
IRCC diatur untuk pengangkutan kontainer berpendingin sesuai dengan Aturan ABS Rules for Building and Classing Steel Vessel.
o MLC-ACCOM
- ship sesuai dengan kriteria yang terdapat dalam Panduan ABS Guide for Compliance with the ILO
Maritime Labor Convention, 2006 Title 3 Requirements
untuk akomodasi kru dan
karakteristik
lingkungan sekitarnya yang terkait (yaitu getaran, kebisingan, iklim dalam
ruangan dan pencahayaan)
o PARR-N,
PARR-C1 atau PARR-C2-ship sesuai dengan persyaratan ABS yang ditentukan di ABS Guide for the Assessment of Parametic Roll Resonance I the Design of
Container Carrier.
o POT
- perlindungan tambahan disediakan untuk bahan bakar, pelumas, tangki minyak
overflow dan lumpur
o R1, R1-S, R2 atau R2-S - memiliki pengaturan
redundansi untuk sistem propulsi dan kemudi.
o RES- kapal telah dibangun sesuai dengan
prosedur dan kriteria untuk perhitungan dan mengevaluasi kekuatan residu dari
struktur lambung yang terdapat dalam Panduan ABS untuk Guide for Assessing Hull-Girder
Residual Strength.
o RW - untuk kapal yang menerima Á
ditugaskan untuk jangkar yang ditunjuk khusus untuk kemampuan memegang yang
terbukti yang
massanya bisa dikurangi hingga maksimal 25 persen
o SFA (tahun) - kapal sesuai dengan
persyaratan analisis kelelahan spektral untuk umur kelelahan desain. Tahun diidentifikasi dalam tanda
kurung yang lebih besar dari atau sama dengan 20 tahun
o SH-DLA - ship sesuai dengan kriteria
untuk menghitung dan mengevaluasi perilaku struktur lambung dalam kondisi pemuatan dinamis dan
dibangun sesuai dengan rencana yang disetujui berdasarkan hasil analisis tersebut, selain memenuhi
sepenuhnya persyaratan peraturan lainnya.
Komentar
Posting Komentar